EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Mencakup sekitar 18% dari terumbu karang dunia, Indonesia berada tepat di tengah-tengah “Segitiga Terumbu Karang” yang merupakan kawasan terumbu karang dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 39.583 km2 atau sekitar 45,7% dari total 86.503 km2 luas terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang dengan puncak keanekaragaman hayati tertinggi yang meliputi 590 jenis karang karang dan 2.200 jenis ikan karang. Namun, dilaporkan bahwa dari kombinasi ancaman lokal dan akibat perubahan suhu serta pemutihan, hampir 45% terumbu karang di Indonesia berada di bawah ancaman tinggi hingga sangat tinggi (Huffard et al, 2012). Upaya perlindungan dan pengelolaan yang berkelanjutan di kawasan segitiga terumbu karang, termasuk Indonesia, menjadi prioritas untuk menjaga ekosistem pesisir, ketersediaan stok ikan, dan ketahanan pangan dari laut.
TERUMBU KARANG
Karang, Juga disebut karang berbatu, ini adalah hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mengeluarkan CaCO3 (batu kapur). Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.
Terumbu, Endapan batu kapur yang sangat besar, terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang terutama dihasilkan oleh hewan karang dan biota lain yang mengeluarkan kapur, seperti ganggang berkapur dan moluska. Harap berikan teks yang ingin Anda terjemahkan. Konstruksi batu kapur biogenik yang membentuk struktur dasar ekosistem pesisir. Dipengaruhi oleh proses biologis dan geologis.
Karang Terumbu
Hermatifik karang yang mampu membangun terumbu, merupakan karang pembentuk terumbu, memiliki alga simbiosis “zooxanthellae” yang hidup di dalam sel gastrodermal, Hubungan antara karang dan zooxanthellae bersifat mutualistik. Warna zooxanthellae: hijau, kuning, merah
MONITORING TERUMBU KARANG
Definisi
Pemantauan kesehatan terumbu karang didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan data dan informasi bioekologi kelompok biota yang ditetapkan sebagai indikator kesehatan terumbu karang serta data perubahan sosial ekonomi masyarakat pesisir sebagai penerima manfaat pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya serta upaya
melestarikan dan merehabilitasi ekosistem terumbu karang. Pemantauan yang baik didasarkan pada keteraturan pengulangan dan dilakukan secara time series dan peningkatan luasan yang diwakili. Perubahan luasan secara time series dan spasial yang terukur selama monitoring akan memberikan data dan informasi penting mengenai perubahan populasi biota indikator pada ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai tolak ukur keberhasilan intervensi dalam suatu program pengelolaan dan perlindungan sumberdaya, termasuk terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya.
Kenapa Monitoring?
- Untuk manajemen yang ditargetkan.
- Mengukur efektivitas rencana manajemen.
- Untuk mengidentifikasi perubahan ekosistem di area tertentu.
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan
- Informasi apa yang ingin Anda dapatkan? Apakah bersifat umum atau spesifik?
- Apa yang ingin Anda pantau?
- Sumber daya apa yang Anda miliki?
- Berapa skala pemantauan yang diinginkan?
- Jenis terumbu apa yang akan dipantau?
- Metode apa yang harus digunakan?
- Berapa banyak frekuensi pemantauan yang perlu dilakukan?
- Berapa biaya operasional yang diperlukan?
- Apakah ada kebutuhan untuk pelatihan dan pengembangan kapasitas surveyor?
- Bagaimana data akan diproses dan hasil pengamatan diinterpretasikan?
- Apakah ada kebutuhan untuk melibatkan masyarakat?
- Perencanaan yang baik akan menghasilkan kegiatan pemantauan yang sangat berguna bagi pengelolaan sumber daya pesisir.
Metode Pemantauan Terumbu Karang
Metode skala luas
1. Manta Tow (Manta Survey)
2. Timed Swim (Snorkel Survey)
Metode skala menengah
1. Point Intercept Transect
2. Line Intercept Transect
Metode skala detail
1. Quadrat Transect
2. Belt Transect
Fotogrametri (Pemodelan 3D)
Salah satu teknologi yang memungkinkan untuk mendapatkan pengukuran dari foto disebut fotogrametri. Hal ini sering digunakan dengan rekonstruksi 3D, yang menciptakan kembali objek dalam satu set gambar menjadi output 2D dan 3D. Data berkualitas tinggi dari keluaran fotogrametri, termasuk model 3D, point clouds, citra digital elevation model (DEM), dan citra orthomosaic, dapat dikumpulkan dengan rekonstruksi. Berbagai industri, termasuk ilmu geospasial, arkeologi, survei warisan budaya, pertanian, pembangunan perkotaan, pembuatan konten video game, efek visual untuk film, dan survei habitat bawah air, dapat memperoleh manfaat besar dari keluaran ini.